Friday, March 27, 2020

PANGKEP, "Tegang tapi menghibur"

Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah pasti berbeda-beda. 


Kali ini perbedaan budaya yang akan saya jelaskan berasal dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (PANGKEP) yang berada di Sulawesi Selatan. Jika kalian berkunjung di Pangkep, kemudian anda mendapatkan sebuah hajatan besar yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah setempat seperti penjemputan tamu kehormatan, atau pada saat upacara adat, bahkan acara-acara besar seklipun, maka luangkanlah waktu anda sebentar untuk menyaksikan persembahan karya seni tarian yang pasti membuat anda gemetar, tegang, tetapi pasti menghibur. (Sebelum nonton tarian ini sebaiknya kondisi jantung anda dalam keadaan stabil dan norma.. hehhehehehhehe).

Tari mabbissu adalah sebuah tarian yang dipertunjukkan oleh seorang bissu.Dalam masyarakat bugis mengenal beberapa jenis gender antara lain perempuan, laki-laki, calalai, maupun calabai. Calabai merupakan laki-laki yang bertingkah laku seperti layaknya perempuan (ingat gender ini marah jika dikatakan bencong atau banci yaa...), sedangkan calalai merupakan perempuan yang bertingkah laku layaknya laki-laki. Tari Mabbissu itu sendiri dilakukan oleh bissu.  Bissu dianggap dari kata bessi yang berarti bersih, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah suci (tidak berdarah). Tari mabbissu juga biasa disebut dengan tari maggiri dikarenakan tarian ini merupakan tarian lanjutan dari tari mabbissu itu sendiri. Maggiri dalam bahasa bgis dapat diartikan dengan mengiris ataau menusukkan keris keseluruh tubuh seorang bissu, seperti menusukkan keris pada daerah-daerah vital seperti di leher, perut, dan pergelangan tangan. Para bissu yang melakukan pertunjukan tarian ini dianggap kemasukan roh dan mendapat kemampuan kebal pada senjata tajam. Tarian ini dapat dilakukan sendirian maupun dapat dilakukan secara bersama-sama. Tari mabbissu ini sarat dengan nuansa mistis dengan keunikan tersendiri yang menarik untuk disaksikan. 


Sebelum memulai menari, terlebih dahulu seorang bissu mengganti pakaiannya dengan pakaian tari bissuyang pada umumnya berwarna kuning keemasan dengan dilengkapi berbagai aksesoris yang lazimnya dikenakan oleh perempuan. Selain itu mereka juga menyiapkan beberapa peralatan pendukung seperti wadah/baskom berisi air, beberapa helai daun-daunan, gendang, dan keris. Adapun gerakan-gerakan yang dilakukan dalam tari mabbissu adalah sebagai berikut:
Setelah berganti pakaian dan melakukan ritual awal sebelum menari yaitu membaca doa khusus (mantra), seorang bissudianggap sudah siap untuk memulai tarian, dan dengan diawali bunyi gendang pertama yang dipukulkan oleh pa’ganrang (penabuh gendang) sebagai tanda dimulainya tarian ini, bissu yang membawa alusu (perlengkapan tarian) akan melangkah masuk ke arena pertunjukan dengan menginjak kain putih yang terbentang. Abbissungeng (hal-hal yang berkaitan dengan bissu)selalu identik dengan bunyi-bunyian seperti gendang, pada saat diadakannya suatu hajatan berbagai bunyi-bunyian gendang yang ditabuh akan diperdengarkan dengan beragam nada yang dimainkan, ada yang terdengar pelan dan adapula yang cepat, disesuaikan dengan kebutuhan ritual.


Selanjutnya bissu akan melangkah perlahan, selangkah demi selangkah, dengan gerakan kaki yang pelan dengan diiringi alunan gendang yang makin lama semakin kuat terdengar. Alusuyang dibawanya akan digoyangkan perlahan-lahan, dan menimbulkan suara-suara kecil, meskipun suara alusu tersebut nyaris tidak terdengar karena tenggelam dalam suara gendang yang ditabuh cukup keras. Bunyi-bunyi yang terdengar dari alusu bertujuan agar apabila kita berdoa, doa yang kita panjatkan selalu didengarkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi bunyi-bunyian tersebut dapat dianggap sebagai pengantar jalannya doa.




Demikianlah seorang bissu akan terus bergerak dan berputar-putar secara perlahan di tengah tempat pertunjukan tarian tersebut. Setelah beberapa menit bergerak dan membunyikan alusu, tak lama kemudian bissu mulai meletakkan alusu yang dibawanya ke lantai, lalu mulai mengambilalameng. Semua gerakan yang dilakukannya adalah sangat pelan dan nampak hati-hati sekali. Alamengadalah sejenis pedang khusus yang digunakan oleh bissudalam menarikan tari mabbissuini. Alameng yang masih terbungkus dengan sarungnya dipegang dengan kedua tangannya lalu diangkat-angkat ke atas kepalanya.Kemudian perlahan-lahanbissu menurunkan badannya seperti posisi orang yang hendak berlutut, lalu mulai mengeluarkan alameng dari sarungnya dan memulai lagi menari-nari bersama alameng tersebut dengan tangan kanannya memegang sarung alameng, sedangkan tangan kirinya memegang alameng itu sendiri.
Bissu terus bergerak-gerak dengan alamengnya, dan melakukan beberapa gerakan-gerakan tertentu, seperti mengacungkan alameng ke arah depan, dan bahkan mencium alamengnya. Setelah itu, alameng akan dimasukkan kembali ke dalam sarungnya dan diletakkan di tempat semula. Bissu kemudian mengambil alusu dan kembali menari-nari dengan membawa alusu dengan kedua tangannya. Dia bergerak pelan dengan gerakan yang sedikit berputar, sambil menaik turunkan alusu yang dibawanya.


Setelah menari-nari dan bergoyang-goyang beberapa saat, alusukemudian diletakkan di lantai, dan bissukembali bergerak-gerak dan menari-nari sendiri mengikuti irama gendang. Gerakan-gerakan tari yang dibawakannya memang terlihat feminin, sangat lembut dengan gerakan yang agak lamban, menggoyang-goyangkan badannya sedemikian rupa, dengan sedikit mengangkat kain sarung yang dipakainya dia terus bergerak, hingga akhirnya kembali ke posisi seperti sedang berlutut. Keadaan berlutut seperti itu dianggap sebagai posisi menghormat, dan setelah dalam posisi tersebut, irama bunyi gendang yang ditabuh pun berhenti. Bissu menghentikan tariannya, lalu kedua tangannya dihadapkan ke arah atas, bawah, ke samping kiri, dan kanan. Hal itu dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada empat inti alam yaitu air, angin, api, dan tanah. Bissu kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke arah atas seperti orang yang sedang berdoa, lalu terdengar suara bissu dengan cukup lantang mengucapkan sesuatu, yaitu ucapan tertentu yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tak lama setelah itu, bissu mulai mengalami keadaan trans dan berada di bawah pengaruh alam bawah sadarnya. Keris yang terselip di balik ikat pinggangnya diambil dan dikeluarkan dari sarungnya. Keris mula-mula dipandanginya dengan penuh konsentrasi, lalu secara tiba-tiba keris itu mulai diiris-iriskan ke tangannya namun anehnya keris itu seperti tidak berfungsi sama sekali, tidak ada luka gores dan tangan bissu tidak mengeluarkan darah sedikitpun.




Gendang pengiring terdengar semakin kencang, sambil terus bergerak-gerak menari bissu pun mulai menusuk-nusukkan keris tersebut ke bagian-bagian tubuhnya yang lain. Dimulai dari tangan, lalu ditusukkan ke nadi yang ada di pergelangan tangan, kemudian leher, dan yang terakhir adalah bagian perutnya sebelah atas. Semua tusukan yang dihunjamkannya sangat kuat dan ditekan begitu keras dan berlangsung cukup lama. Layaknya seorang bissu saat menarikan tarian mabbissu ini memiliki ilmu kebal senjata tajam, dan terlihat seperti atraksi yang biasa dilakukan dalam debus.
Setelah beberapa saat melakukan atraksi tusuk-tusukan keris tersebut, bissu mulai memperlambat gerakannya dan mulai bergerak mundur ke tempat dia mulai melangkah masuk sebelum menari. Sesampainya di tempat awal, bissu menghadap ke arah baskom yang telah berisi air dan beberapa helai daun-daunan yang dipetik sesaat sebelum menari. Bissu kembali dalam posisi berlutut dan mengacungkan kerisnya ke atas sebagai penghormatan yang terakhir kalinya. Dia kemudian memasukkan keris ke dalam sarungnya lalu mengambil alameng dan beberapa helai daun yang sudah basah dari dalam baskom, kemudian memercikkan airnya ke berbagai arah, sambil tetap melakukan gerakan-gerakan dalam tari mabbissu. Selesai memercikkan daun yang basah tersebut menandakan prosesi tarian mabbissu ini pun telah selesai dilakukan. Wajah bissu yang melakukan tarian ini basah oleh keringat mengingat lamanya tarian ini dilakukan. Seiring berakhirnya tarian mabbissu ini, badan bissu kembali ke keadaan semula sebagaimana manusia biasa atau, tidak kebal  lagi terhadap keris, yang tentunya jika ditusukkan akan menyebabkan luka serius pada tubuh siapapun.


Ingat, tarian ini hanya dapat dilakukan dan diperagakan oleh seorang bissu. Jadi jika anda bukan merupakan golongan atau kaum dari bissu, saya sarangkan jangan dicoba atau peragakan yaa,,, (soalnya biaya rumah sakit mahal dan hidup cuman sekali)...

Nah, kalau anda berkunjung ke Sulawesi Selatan, sempatkanlah anda berkunjung ke Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk menyaksikan persembahan tari mabbissu yang merupakan tarian yang

Thursday, March 26, 2020

Hiburan "ISTIMEWA" di Jogja.

Ramayana Ballet Purawisata
Salah satu destinasi wisata yang tidak kalah menarik dan populer di Indonesia adalah  Daerah Istimewa Yogyakarta atau kita sering dengar dengan sebutan "Jogja". Daerah ini memiliki keunikan tersendiri yang beda dengan propinsi yang lain yang ada di Indonesia, mulai dari makanan, objek wisata, keanekaragaman budayanya, hingga hiburan yang sangat menarik untuk dinikmati. Pada blog kali ini saya akan sedikit menceritakan tentang hiburan yang dapat kita nikmati ketika berkunjung ke Jogja. Waktu itu ada kegiatan dari kantor yang namanya "Jiwa Korsa" yang dilaksanakan di Jogja. Semua pegawai harus ikut dalam kegiatan tersebut, hitung-hitung keja dinas dambil liburan,, hehhehehhee..Acarapun di arrange oleh pihak Event Organizer (maaf  nama EO nya lupa) dengan mengunjungi beberapa daya tarik wisata yang ada di Jogja. Singkat cerita, salah satu yang membuat saya terkesan adalah ketika berkunjung ke Ramayana Ballet Purawisata Jogjakarta. Ramayana Ballet Purawisata merupakan salah satu daya tarik wisata di Yogyakarta. Pertunjukan yang mengisahkan tentang cinta sejati Rama dan Shinta ini merupakan kombinasi menakjubkan dari penari yang telah berdedikasi selama puluhan tahun, kostum yang indah serta alunan musik gamelan yang mengiringi menjadi satu dalam panggung.Ramayana Ballet Purawisata merupakan tempat untuk menyaksikan Sendratari Ramayana yang dipentaskan setiap hari tanpa henti sejak tahun 1976 dan telah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Sedikit saya akan bercerita tentang kisah Rama dan Shinta yang ditampilkan dalam bentuk seni tari dan  dikolaborasikan dengan teater yang cukup menghibur dengan tampilan pemeran-pemeran serta penari yang telah handal di karakternya masing- masing. 

Legenda Rama dan Shinta sejatinya merepresentasikan makna sebuah kesetiaan, kepercayaan dan ketulusan cinta seseorang kepada kekasih atau belahan jiwanya.Tentu bukan sebuah kebetulan, bila Rama berhasil mempersunting Shinta yang cantik sebagai istrinya. Untuk mendapatkan Shinta, dia harus melalui ujian sayembara dan mengalahkan banyak pesaing, termasuk rival utamanya, sang raksasa bernama Rahwana.Legenda percintaan Rama dan Shinta yang penuh batu ujian seakan baru dimulai, ketika memasuki bagian drama penculikan. Tersebutlah kisah bahwa Rama, Shinta, beserta adik laki-laki Rama yaitu Lesmana pergi ke hutan Dandaka. Terdapat beberapa versi menyebutkan alasan mengapa mereka bertiga pergi ke hutan.  Ada yang mengatakan kepergian mereka tujuannya untuk berburu dan mengembara. Versi lain, menyebut mereka bertiga ‘terusir’ dari kehidupan mewah istimewa dan menjalani masa pembuangan sebagai hukuman dari para dewa.Besarnya cinta Rama kepada Shinta mulai diuji, ketika dalam perjalanan melewati hutan belentara, sang istri terpesona oleh seekor kijang emas yang tampak meloncat-loncat berkelebat. Mereka tidak mengetahui, kijang tersebut sejatinya adalah jelmaan anak buah Rahwana yang bernama Marica. Rahwana memang mengerahkan daya upaya untuk bisa merebut Shinta dari pelukan Rama.Shinta membujuk Rama untuk bisa menangkap kijang tersebut. Demi rasa cinta kepada sang istri, Rama pun melesat pergi memburu kijang dan meninggalkan Shinta yang ditemani Lesmana. Proses pemburuan Rama tak kunjung berhasil. Karena Rama tak kunjung kembali, Shinta menjadi merasa cemas. Kemudian ia meminta Lesmana untuk menyusul Rama.Di sini, drama penculikan Shinta oleh Rahwana pun dimulai. Sebelum meninggalkan Shinta, Lesmana membuat lingkaran sakti di atas tanah di sekeliling Shinta untuk menjaganya dari segala kemungkinan bahaya. Alhasil Shinta menunggu di tengah hutan Dandaka.

Begitu mengetahui Shinta ditinggal sendirian, Rahwana mencoba untuk menculiknya namun gagal karena setiap mendekati lingkaran, tubuh Rahwana terpental menjauh.Rahwana tidak kehabisan akal. Ia kemudian mengubah dirinya menjadi seorang musafir tua yang kehausan dan berpura-pura meratap minta minum pada Shinta. Shinta menjadi kasihan. Ia jadi lupa pesan Lesmana dan keluar dari lingkarang pelindung untuk memberi si musafir minum. Tidak lama setelah itu, betapa terkejutnya Shinta begitu melihat si musafir tua berubah menjadi Rahwana.Terlambat sudah, karena rahwana dengan mudah menangkap Shinta dan memboyongnya ke istana. Dalam perjalanan, Rahwana sempat dihadang seekor burung raksasa Jatayu – yakni sahabat ayahanda Shinta, yang mencoba menyelamatkan Shinta namun gagal.Sementara itu, Rama akhirnya berhasil menahan kijang – yang ternyata berubah menjadi seorang raksasa yang kemudian berhasil dibunuh Rama dengan pedangnya. Dia pun kemudian kembali ke tempat Shinta. Betapa kagetnya rama ketika Shinta tak berada di tempatnya. Tidak membuang waktu lama, Rama dan Lesmana memutuskan untuk mencarinya. Dalam perjalanan mencari Shinta, mereka bertemu dengan Jatayu yang terluka pariah. Saat bertemu pertama kali tersebut, Rama mengira bahwa Jatayulah yang menculik Shinta sehingga ia berniat mebunuhnya, namun Lesmana mencegahnya. Jatayu menjelaskan apa yang terjadi pada Shinta sebelum akhirnya ia meninggal.Upaya Rama untuk menemukan kembali Shinta akhirnya membuahkan hasil. Berkat bantuan pasukan kera – yang dipimpin oleh sang kera putih bernama Hanoman, Shinta yang dikungkung di istana Rahwana bisa diselamatkan.Setelah kematian Rahwana, Hanoman menjemput Shinta untuk dipertemukan dengan Rama. Di sinilah sebuah kepercayaan antara seapasang suami istri yang telah lama terpisah benar-benar diuji. Betapa pedih hati Shinta, pertemuan dengan Rama belahan jiwanya yang begitu dirindukan ternyata sangat bertolak belakang dengan harapannya.Rama menolak Shinta karena berpikir bahwa Shinta sudah tidak suci lagi. Shinta kecewa dan untuk membuktikan kesetiaannya kepada suaminya, ia menceburkan diri ke dalam kobaran api dan membakar diri. Karena kesuciannya dan atas bantuan Dewa Api, ia tidak trbakar dan lemat. Hal tersebut membuat Rama bahagia dan akhirnya menerima Shinta kembali menjadi istrinya.

Itulah singkat cerita tentang pementasan tarian Rama dan Shinta yang legendaris dan spektrakuler yang dipertunjukkan pada setiap hari mulai pukul 20.00 hingga 21.30 Wib. Kaian penasaran kan? Makanya jika kalian berkunjung ke Jogja, jangan lupa sempatkan diri kalian untuk berkunjung ke Ramayana Ballet Purawisata untuk mengibur diri anda dengan menyaksikan suguhan tarian yang yang menakjubkan yang dikolaborasikan dengan penampilan teater drama dan lantunan suara musik tradisional khas Jogja.

              "JOGJA memang ISTIMEWA"

Foto bersama pemeran "Hanoman"

"Hanoman berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. sosok yang setia dan penurut. Jika ia sudah percaya terhadap seseorang, maka ia akan melakukan apapun untuk orang tersebut. Hanoman mempunyai perwatakan, pemberani, sopan-santun, tahu harga diri, setia, prajurit ulung, waspada, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. "

Foto bersama pemeran "Rama"

"Karakter Rama dalam kisah ini Rama memiliki sifat yang baik hati,bijaksana,patuh dan sangat menghormati orang tua,bahkan ketika saat Rama di buang ke hutan atas tuntutan dari ibu tirinya yaitu Kaikeyi. Rama merupaka sosok pahlawan yang gagah dan pandai memainkan senjata panah."

Foto bersama pemeran "Rahwana"

"Rahwana memilki nama lain yaitu Dasamuka. Rahwana berwatak angkara murka, ingin menangnya sendiri, penganiaya dan penghianat. Berani dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti. Memiliki Aji Rawarontek dari Prabu Danaraja dan Aji Pancasona dari Resi Subali. Dasamuka menjadi raja negara Alengka mengantikan kakeknya, Prabu Sumali dengan menyingkirkan pamannya, Prahasta. Ia membunuh Prabu Danaraja, kakak tirinya dan merebut negara Lokapala."

Foto bersama pemeran "Dewi Shinta"

"Selain sangat cantik, Dewi Shinta merupakan putri yang sangat setia, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hati)nya. Dewi Shinta menikah dengan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kusalya dari negara Ayodya, setelah Rama memenangkan sayembara mengangkat busur Dewa Siwa di negara Mantili. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Lawa dan Kusya. Karakter Sita dalam kisah ini Sita sangat setia terhadap suaminya Rama. Ketika suatu hari Sita diculik oleh raksasa yang bernama Rahwana,setelah di selamatkan oleh Hanoman Rama meragukan kesucian Dewi Shinta saat itulah Dewi Shinta membuktikan kesuciannya dengan melompat ke dalam api."









PANGKEP, "Tegang tapi menghibur"

Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah pasti berbeda-beda.  K ali ini perbedaan budaya yang akan saya jelaskan berasal dari Kabu...